Senin, 07 Oktober 2013

Kepala tertunduk, namun bibir terangkat.



Assalamualaikum WR.WB.

Selamat malam, gue kembali setelah satu bulan lebih nggak ngeblog. Gue benar-benar murtad menjadi seorang blogger. Tapi, di satu sisi, gue senang akhirnya gue bisa kembali lagi ngeblog tapi di satu sisi gue sedih karena gue baru saja kehilangan seorang yang selama ini gue sayang. Orang yang selama ini mensuport gue meskipun kadang selalu kontra jika gue salah mengambil keputusan, teman adu ngotot, dan sosok figur ayah kedua. Ialah Kakek gue.

Itu alasan gue kenapa gue kembali setelah satu bulan gue tinggalkan aktivitas tulis menulis gue. Kakek gue meninggal tepatnya 30 september lalu.

Setelah 2 tahun berkutat dengan kanker prostatnya. Sedih ? Tentu saja iya, anda tidak pernah tau kapan hal mengejutkan akan datang. Karena itu kehendak Tuhan.

Ketika dokter berkata "inilah yang terbaik" sempat beberapa kenangan indah gue bersama kakek terkenang di kepala gue.

Mulai dari yang lucu, senang, sedih dan bahagia. Meskipun berskala kecil tapi gue senang bisa hidup 20 tahun bersamanya.

Mungkin banyak yang bertanya kenapa gue 20 tahun bersamanya. Iya. Gue sudah tinggal bersama kakek dan nenek sejak umur gue masih 3 bulan. Artinya hanya 3 bulanlah gue merasakan ASI, sisanya gue menyedot susu botol pemberian nenek.

Orang tua sibuk kerja, dan akhirnya gue bersama orang tua wali. Hingga sekarang, saat ini sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya, gue selalu ada di sisi kakek jauh sebelum beliau sakit. Rasanya waktu dengan ganas mencukur pertemuan kami. Yang gue rasakan adalah, ketika beliau sehat waktu terasa singkat dan ketika beliau sakit terasa amat sangat lama.

Terkadang kita tidak pernah tau kapan waktu yang tepat untuk bersama orang yang kita sayangi. Hingga pada akhirnya penyesalan pun datang karena kita tidak pernah meluangkan waktu bersama orang yang kita sayangi. Itu yang terjadi pada gue.

Sekarang rumah sepi, tanpa kakek semuanya terlihat lebih sulit. Awalnya gue berpikir gue mau belajar hidup mandiri tanpa mereka. Namun gue ralat setelah kakek tiada. Mungkin gue butuh waktu saja agar terbiasa dengan ini.

Gue mau sukses. Gue mau sukses dan gue mau sukses.

Gue ulangi kata-kata itu sampai tidak ada gunanya lagi. Gue berkata pada diri sendiri. Gue mau sukses tapi kakek harus lihat gue sukses.

Sekarang ?

Ya. Gue harus terbiasa dengan ini.

Gue kembali dengan keadaan kepala tertunduk namun dengan bibir terangkat. :)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sabar y bg , adek turut berduka cita:(

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More